Cara Menghindari Konsumtif selama Ramadan Bedakan antara Kebutuhan dan Keinginan
Posted by Farid Ma'ruf pada Agustus 8, 2011
Zulia Ilmawati Psikolog
baitijannati — Ramadan kerap disebut sebagai bulan yang sangat spesial. Tak heran, untuk menyambut kedatangan bulan penuh berkah ini, sebisa mungkin umat Islam menyuguhkan sesuatu yang berbeda dari hari-hari sebelumnya. Mulai dari makanan hingga minuman. Bahkan, meja makan pun menjadi semakin sempit dibandingkan pada bulan-bulan lainnya.
TAK heran kalau di bulan puasa ini, anggaran pengeluaran bisa lebih besar. Inilah yang sepertinya menjadi penyebab naiknya anggaran secara tak wajar itu.
Padahal, logikanya, pengeluaran selama puasa seharusnya bisa ditekan, mengingat perubahan pola makan yang awalnya tidak teratur kini menjadi dua kali. Namun, kenyataannya justru sebaliknya. Pemasukan tak ada perubahan, sedangkan pengeluaran berasa melebihi dari yang dianggarkan.
Ini baru berbicara mengenai makanan dan minuman, belum lagi jika menyentuh kebutuhan lain menjelang Lebaran, misalnya mudik, beli baju baru dan sebagainya
Menyikapi budaya konsumerisme selama Ramadan, psikolog Zulia Ilmawati mengatakan jika sikap konsumtif diciptakan oleh manusia itu sendiri, karena pada dasarnya kebutuhan manusia itu terbatas. “Makanya harus dibedakan, mana kebutuhan dan mana keinginan,”ujarnya.
Hanya, memang tak dipungkiri jika pengaruh atau faktor rangsangan dari luar membuat sebagian orang melupakan mana yang menjadi kebutuhan dan keinginan. Misalnya, diskon besar-besaran di mal-mal atau supermarket, sudah bukan lagi memenuhi kebutuhan, tetapi keinginan. Hal tersebut sebenarnya lumrah terjadi pada momen-momen tertentu.
Karena memang dalam tatanan kehidupan kapitalis, hal tersebut justru dijadikan strategi pemasaran untuk menarik minat konsumen. Sehingga, orang yang tadinya tidak mau membeli jadi berkeinginan membeli produk tertentu. Tak hanya itu, pengemasan yang dibuat semenarik mungkin serta suasana yang nyaman, semakin membuat orang tertarik dan lepas kontrol dalam menahan hasrat belanjanya.
Sebenarnya, imbuh Zulia, semua itu dikembalikan lagi kepada pertahanan diri seseorang. Karena, jika dikaji, kebutuhan itu ada batasnya, sedangkan keinginan itu tak terbatas. Apalagi saat berpuasa, dalam keadaan lapar, secara psikologis semuanya memang terlihat menarik dan enak.
Guna menghindari terjebak dalam budaya konsumerisme selama Ramadan ini, yang harus dilakukan ialah sesegera mungkin membentuk kesadaran dalam segala sisi. Misalnya, kesadaran untuk menghabiskan makanan sesuai dengan porsinya, atau kesadaran untuk tidak makan secara berlebih. “Pada intinya kesadaran dalam mengendalikan keinginan,” pungkasnya.(nie) (www.baitijannati.wordpress.com)
Sumber : http://www.radar-bogor.co.id/index.php?rbi=berita.detail&id=77341#
Senin, 08 Agustus 2011 , 11:01:00
Tinggalkan Balasan