ISTRI TIDAK MINTA IZIN; HARUSKAH DICERAIKAN ?
Posted by Farid Ma'ruf pada April 24, 2007
Pertanyaan :
Keluarga Samara. Asalamualaikum. Saya sudah menikah tahun 2006 lalu. Sekarang saya bekerja di luar Jawa, sedangkan keluarga saya dan istri ada di Jawa. Saat istri akan melahirkan, ia kembali tinggal dengan orangtua nya. Beberapa hari setelah dia melahirkan, saya baru dapat datang ke Jawa dan berada di rumah mertua sekitar 3 minggu (cuti).
Setelah itu saya kembali bekerja di luar Jawa, saat di rumah mertua, terjadi beberapa kesalahpahaman antara saya, istri, dan mertua. Mertua menganggap saya kurang mampu mengurus anak dan istri karena saat saya di rumah mertua, hampir setiap hari saya pergi. Padahal saya pergi untuk mengurus urusan istri dan urusan-urusan penting lain, dan saya sudah mengusahakan pergi tidak terlalu lama.
Permasalahan lain, mertua ingin istri saya kembali bekerja, dan malah ingin menyekolahkan dia lagi. Saya waktu itu telah menyampaikan pendapat dan keinginan saya sebagai suami, kalau saya sebetulnya tidak terlalu keberatan istri bekerja, asal masih bisa mengerjakan kewajiban utamanya, mengurus keluarga.
Setelah anak kami berumur 3 bulan, saya berencana menjemput anak dan istri ke Jawa. Tetapi istri ingin menunda untuk beberapa waktu tanpa memberi alasan yang jelas. Setelah saya desak, ternyata istri saya sedang mendaftar untuk kuliah S2 di Jawa. Proses pendaftaran belum selesai sehingga dia belum bisa saya jemput.
Terus terang, saya sangat kaget dan kecewa. Kok berani-beraninya nya istri saya mendaftar kuliah S2 di Jawa tanpa seizin saya. Padahal saya sangat menekankan pentingnya kami sebagai suami istri harus bersama. Padahal saya masih bekerja di luar Jawa. Bagaimana keluarga kami nantinya?
Saya bertanya pada mertua, beliau malah mendukung istri saya untuk kuliah S2. Beliau bahkan menawarkan untuk mengurus anak kami, yang merupakan cucu pertama mereka.
Sekarang istri dan anak sudah bersama-sama di kota tempat saya bekerja. Tetapi bulan depan istri saya akan kembali pulang ke Jawa untuk menyelesaikan urusan pendaftaran S2nya.
Apa yang harus saya lakukan? Saya belum mendiskusikan ini secara mendalam dengan istri karena sewaktu dia di Jawa, dia tidak mau mendiskusikannya. Dan karena dia beserta anak kami baru tiba di sini. Saya pun menangguhkan pembicaraan ini, karena anak istri masih beradaptasi dengan lingkungan baru.
Terus terang, kalau menurut hati yang panas, saya ingin kami berpisah saja. Dia sudah berani mengambil suatu keputusan yang besar tanpa seizin saya. Sekarang pun dia tidak mau menerima uang dari saya, kalau uang itu untuknya pribadi. dia hanya mau menerima uang dari saya, kalau itu untuk kebutuhan keluarga sehari2 dan kebutuhan anak kami.
Sekian dulu dari saya. Mudah-mudahan jawaban surat saya ini dapat saya terima sebelum saya berdiskusi dengan istri.
Wassalam
Aan; xxxxxxxx@yahoo.com
Jawaban :
Masalah di atas berkaitan dengan bagaimana mengomunikasikan harapan kedua belah pihak. Bisa jadi, perpisahan yang terlalu lama dengan istri membuat istri merasa harus mampu menyelesaikan permasalahannya secara mandiri tanpa meminta bantuan orang lain; termasuk masalah rumah tangga. Nah, bila keputusannya murni karena pertimbangan pribadi, tanpa ada campur tangan pihak ketiga seperti orang tua, mungkin istri masih bisa diminta pengertian oleh suami agar mempertimbangkan kembali keputusannya. Namun sepertinya istri sudah sangat mantap karena mendapat dukungan orang tua. Mungkin suami bisa meminta penjelasan kepada istri mengenai alasan mengapa ia begitu semangat dan getol untuk kembali sekolah dan bekerja. Saya melihat mungkin ada kekhawatiran istri bahwa ia merasa perlu membantu suami dengan memiliki punya cadangan penghasilan, bila sewaktu-waktu suami tidak bisa menafkahi karena jauh dan kebutuhannya menjadi lebih besar untuk komunikasi dan transportasi, apalagi sekarang sudah punya anak. Sedangkan suami khawatir istri akan semakin kebablasan dan tidak lagi menghargai suami sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah dalam keluarga.
Oleh karena itu, pintu komunikasi harus dicairkan kembali agar masing-masing bisa saling memahami.
Ingat, jangan dulu pesimis ingin berpisah dan jarak jauh lagi, karena sejauh apapun lari dari masalah, masalah itu yang akan mengejar dan datang. Jadi mau tidak mau, harus dihadapi. (www.keluarga-samara.com)
Wassalam
Amalia Roza Brilianty, M.Psi.
Konsultan Ahli Keluarga Samara
papabonbon said
kalau suami tidak minta ijin istri, ketika kawin lagi, bagaimana ? maunya perkawinan poligami itu dibatalkan. bisa gak ?
Rizma Adlia said
@papabonbon
Hahaha,, curiga ga mungkin batal,, 😉
Kartini said
Harus dikomunikasikan dengan baik, jika istri anda benar-benar mencintai anda dan keluarga, pasti dia akan mengambil keputusan yang tepat. Namun, bagaimanapun prinsip ‘orang berilmu akan dipandang lebih oleh Allah’ adalah juga salah satu pertimbangan. Semoga Allah memudahkan menemukan solusi masalah anda. Amien
Syachrian said
Tampaknya permasalahan berawal saat anda memutuskan untuk bekerja di luar Jawa dan pada saat itu istri sedang dalam keadaan hamil dan akan melahirkan. Pada kondisi seperti ini perempuan biasanya menjadi lebih sensitif. Keadaan ini menyebabkan istri merasa tidak dibutuhkan dan kurang diperhatikan oleh suami, apalagi anda secara “tidak disengaja” meletakkan tanggung jawab sebagai suami kepada mertua. Negosiasi penting dalam menjaga keseimbangan antara suami dan istri. Ingat, anda adalah nakhoda kapal yang anda sendiri. Jangan lekas menyerah melihat kapal anda tenggelam. Anda beruntung memiliki istri yang pada saat gundah mencari pelarian ke hal-hal yang positif seperti melanjutkan sekolah. Juga beruntung masih punya mertua yang mau menampung keluh kesah istri selama anda tidak ada. Saran saya, Bagaimana kalau anda memberikan izin dia untuk melanjutkan S2 nya saat anak tidak menyusui lagi sambil menawarkan kepada istri untuk memilih Perg. Tinggi di kota tempat anda bekerja? Atau anda yang harus mencari pekerjaan di Jawa. Berkeluarga itu ibadah jadi anda harus lebih bijak menjalankannya. Bagaimanapun tinggal berjauhan sangatlah beresiko…
tafrihan333 azhari said
sama isteri saya juga negitu malah kerja dan kuliah s2 lagi ,anak2 dibawa ke mertua ,petunjuk dan arahan saya tidak dianggap lagi oleh keluarga nya karena saya orang biasa..cuma allah yg bisa merubah takdir